Peradaban Sungai Nil
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Mesir merupakan
satu-satunya pusat kebudayaan tertua di benua Afrika yang berasal dari tahun
4000 SM. Hal ini diketahui dari penemuan sebuah batu tulis di daerah Rosetta
oleh pasukan Perancis yang dipimpin Napoleon Bonaparte. Batu tulis itu berhasil
dibaca oleh seorang Perancis yang bernama Jean Francois Champollin (1800)
sehingga sejak tahun itu terbukalah tabir sejarah Mesir Kuno yang berasal dari
tahun 4000 SM.
Seseorang akan mudah teringat dengan Mesir ketika
disebut nama Firaun. Istilah Firaun sebenarnya merupakan gelar atau
sebutan bagi raja/bangsawan Mesir. Kata Firaun sendiri berarti istana besar,
artinya hampir semua penguasa Mesir hanya mau menetap di istana besar untuk
menunjukkan kebesarannya. Beberapa Firaun yang sempat menguasai wilayah Mesir
di antaranya Ahmose, Thutmose I, Thutmose III, Ramses II, Akhenaton, Ramses II,
dsb.
1.2 TUJUAN PENULISAN
Supaya para Pelajar mengetahui peradaban kuno dan tau
pengaruhnya terhadap kehidupan hari ini
serta berusaha meneladani apa-apa yang baik dalam peradaban kuno di Mesir.
1.3 RUMUSAN
MASALAH
1. Dimana letak Sungai Nill ?
2. Apa saja peninggalan
kebudayaannya?
3. Dinasti apa saja yang pernah
berkuasa?
4. Bagaimana perkembangan
filsafatnya?
5. Apa hal yang menarik
dari peradaban mereka mereka?
2
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
Letak
Geografis Sungai Nill
Sungai Nil adalah sungai terpanjang di dunia yaitu mencapai 6400 kilometer.
Sungai Nil bersumber dari mata air di dataran tinggi (pegunungan) Kilimanjaro di Afrika Timur. Sungai Nil mengalir dari arah selatan ke utara bermuara ke
Laut Tengah. Ada empat negara yang dilewati sungai Nil yaitu Uganda, Sudan, Ethiopia dan Mesir.
Setiap tahun sungai Nil selalu banjir . Luapan banjir itu menggenangi
daerah di kirikanan sungai, sehingga menjadi lembah yang subur selebar antara
15 sampai 50 kilometer. Di sekeliling lembah sungai adalah gurun. Batas timur adalah gurun
Arabia di tepi Laut Merah. Batas selatan terdapat gurun Nubia di Sudan, batas barat adalah gurun Libya. Kemudian batas utara Mesir adalah Laut Tengah.
Menurut mitos, air sungai yang mengalir terus tersebut adalah air mata Dewi
Isis yang selalu sibuk menangis dan
menyusuri sungai Nil untuk mencari jenazah puteranya yang gugur dalam pertempuran.
Namun secara ilmiah, air tersebut berasal dari gletsyer yang
mencair dari pegunungan Kilimanjaro sebagai hulu sungai Nil.
Gambar
aliran sungai Nill :
2.
Peninggalan
Kebudayaan Peradaban Sungai Nill
Piramida Sekitar tahun 3000 SM, raja-raja Mesir mulai
membangun piramida-piramida.Piramida yang paling besar adalah piramida Raja
Khufu (Cheops). Tinggi piramida mencapai 137 meter dan di depannya terdapat
patung sphinx, yaitu seekor singa berkepala manusia.
Piramida, yaitu bangunan yang terbuat dari
batu yang disusun berbebtuk kerucut yang berfungsi untuk menyimpan mummi. Mummi
adalah mayat raja-raja Mesir Kuno yang diawetkan.
Gambar
piramida :
Sphinx merupakan patung seekor singa
berkepala manusia yang didirikan di depan sebuah piramida. Sphinx merupakan
lambang kekuasaan dan pemerintahan dari seorang raja Mesir yang dimakamkan pada
piramida itu.
Gambar :
Obelisk adalah sebuah tugu batu yang didirikan
oleh masyarakat Mesir untuk memuja Dewa Arnon-Ra (Dewa Bulan-Matahari).
Gambar
:
Hieroglyph, adalah huruf berbentuk gambar yang
diukir pada batu. Hieroglyph ini menjadi dasar alphabet yang sekarang kita
pakai.
Gambar :
Aksara
Bangsa Mesir Kuno sudah mengenal aksara yang merupakan
aksara lambang bunyi berupa aksara
gambar (pictograph) yang disebut aksara hieroglyph (gambar/ukiran suci). Aksara
tersebut ditemukan pada dinding kuburan para penguasa di Mesir Kuno. Mungkin
abjad merupakan sumbangan masyarakat Mesir yang tidak ternilai harganya bagi
perkembangan ilmu pengetahuan.
1.
Jenis
aksara hieroglyph merupakan bentuk tertua, kemudian berkembang menjadi bentuk
hieratis dan demotis, yang bentuknya lebih sederhana. Bentuk hieratis digunakan
oleh kaum pendeta sedangkan demotis digunakan oleh rakyat. Penelitian tentang
huruf Hieroglyph pertama kali dilakukan oleh Heredotus abad ke-6 SM, tetapi ia
tidak berhasil; mengungkapkan isi tulisan tersebut.
2.
Batu
Roseta yaitu batu bertulis yang ditemukan di tepi Sungai Roseta. Dalam batu ini
terdapat tulisan Hieroglyp dan tulisan Yunani Kuno. Isi tulisan Hieroglyph baru
dapat diketahui setelah ditemukannya Batu Roseta,
Gambar :
Ilmu
Hitung
Pada awalnya masyarakat
Mesir menggunakan ilmu hitung yang sangat sederhana, khususnya penambahan dan
pengurangan. Selanjutnya, dikembangkan perkalian dan pembagian. Pengetahuan
ilmu ukur (geometri) mereka telah mencapai tingkat keahlian yang cukup
mengagumkan. Mereka sudah mampu mengukur dan menhitung dengan tepat luas
segitiga, segi empat, segi lima dan seterusnya. Bahkan mereka telah dapat
membuat rumusan untuk mencapai diameter lingkaran. Kepandaian mereka dapat
digunakan untuk menghitung isi piramida, silinder dan bahkan isi dari belahan
bumi ini.
3.
Sistem
Pemerintahan Peradaban Sungai Nill
Sejarah politik di Mesir berawal dari terbentuknya komunitas-komunitas di
desa-desa sebagai kerajaan-kerajaan kecil dengan pemerintahan desa. Desa itu
disebut nomen. Dari desa-desa kecil berkembanglah
menjadi kota yang kemudian disatukan menjadi kerajaan Mesir Hilir dan Mesir
Hulu. Proses tersebut berawal dari tahun 4000 SM namun pada tahun 3400 SM
seorang penguasa bernama Menes mempersatukan kedua kerajaan tersebut menjadi satu kerjaan
Mesir yang besar.
Mesir merupakan sebuah kerajaan yang diperintah oleh raja yang bergelar Firaun. Ia berkuasa secara mutlak. Firaun
dianggap dewa dan dipercaya sebagai putera Dewa
Osiris. Seluruh
kekuasaan berada ditangannya baik sipil, militer maupun agama.
Sebagai penguasa, Firaun mengklaim atas seluruh tanah
kerajaan. Rakyat yang tinggal di wilayah kerajaan harus membayar pajak. Untuk
keperluan tersebut Firaun memerintahkan untuk sensus penduduk, tanah dan
binatang ternak. Ia membuat undang-undang dan karena itu menguasai pengadilan. Sebagai penguasa
militer Firaun berperan sebagai panglima perang, sedangkan pada waktu damai ia
memerintahkan tentaranya untuk membangun kanal-kanal dan jalan raya.
Untuk menjalankan pemerintahannya Firaun mengangkat para
pejabat yang pada umumnya berasal dari golongan bangsawan. Ada pejabat gubernur yang memerintah propinsi, panglima ketentaraan, hakim di pengadilan dan pendeta untuk melaksanakan upacara keagamaan. Salah satu jabatan
penting adalah Wazir atau Perdana Menteri yang umumnya dijabat oleh putra mahkota.
Sejak tahun 3400 SM sejarah Mesir
diperintah oleh 30 dinasti yang berbeda yang terdiri dari tiga zaman yaitu Kerajaan
Mesir Tua yang
berpusat di Memphis, Kerajaan
Tengah di Awaris dan Mesir
Baru di Thebe. Secara garis besar keadaan
pemerintahan raja-raja Mesir adalah sebagai berikut.
Kerajaan
Mesir Tua (2660 – 2180 SM)
Lahirnya kerajaan Mesir Tua setelah
Menes berhasil mempersatukan Mesir Hulu dan Mesir Hilir. Sebagai pemersatu ia
digelari Nesutbiti dan digambarkan memakai mahkota
kembar. Kerajaan Mesir Tua disebut zaman piramida karena pada masa inilah dibangun piramida-piramida terkenal
misalnya piramida
Sakarah dari
Firaun Joser.
Piramida di Gizeh adalah makam
Firaun Cheops, Chifren dan Menkawa. Runtuhnya Mesir Tua disebabkan karena sejak
tahun 2500 SM pemerintahan mengalami kekacauan. Bangsa-bangsa dari luar
misalnya dari Asia Kecil melancarkan serangan ke Mesir. Para
bangsawan banyak yang melepaskan diri dan ingin berkuasa sendiri-sendiri.
Akhirnya terjadilah perpecahan antara Mesir Hilir dan Mesir Hulu.
Kerajaan
Mesir Tengah (1640 – 1570 SM)
Kerajaan Mesir Tengah dikenal dengan
tampilnya Sesotris
III. Ia berhasil memulihkan persatuan
dan membangun kembali Mesir. Tindakannya antara lain membuka tanah pertanian,
membangun proyek irigasi, pembuatan waduk dan lain-lain. Ia meningkatkan
perdagangan serta membuka hubungan dagang dengan Palestina, Syria dan pulau
Kreta. Sesotris III juga berhasil memperluas wilayah ke selatan sampai Nubia
(kini Ethiopia). Sejak tahun 1800 SM kerajaan Mesir Tengah diserbu dan
ditaklukkan oleh bangsa Hyksos.Pada waktu itu kerajaan Mesir Tengah sedang
mengalami kehancuran yang sangat signifikan.
Kerajaan
Mesir Baru (1570 - 1075 SM)
Sesudah diduduki bangsa Hyksos,
Mesir memasuki zaman kerajaan baru atau zaman
imperium. Disebut
zaman imperium karena para Firaun Mesir berhasil merebut wilayah/daerah di Asia
barat termasuk Palestina, Funisia dan Syria.
Raja-raja yang memerintah zaman Mesir Baru antara lain:
- Ahmosis I. Ia berhasil mengusir bangsa Hyksos dari Mesir sehingga berkuasalah dinasti ke 18, ke 19 dan ke 20.
- Thutmosis I. Pada masa pemerintahannya Mesir berhasil menguasai Mesopotamia yang subur.
- Thutmosis III. Merupakan raja terbesar di Mesir. Ia memerintah bersama istrinya Hatshepsut. Batas wilayah kekuasaannya di timur sampai Syria, di selatan sampai Nubia, di barat sampai Lybia dan di utara sampai pulau Kreta dan Sicilia. Karena tindakannya tersebut ia digelari “Napoleon dari Mesir”. Thutmosis III juga dikenal karena memerintahkan pembangunan Kuil Karnak dan Luxor.
- Imhotep IV. Kaisar ini dikenal seorang raja yang pertama kali memperkenalkan kepercayaan yang bersifat monotheis kepada rakyat Mesir kuno yaitu hanya menyembah dewa Aton (dewa matahari) yang merupakan roh dan tidak berbentuk. Ia juga menyatakan sebagai manusia biasa dan bukan dewa.
5. Ramses II. Ramses II dikenal membangun bangunan besar bernama Ramesseum dan Kuil serta makamnya di Abusimbel. Ia juga pernah memerintahkan
penggalian sebuah terusan yang menghubungkan daerah sungai Nil dengan Laut
Merah namun belum berhasil. Masa Ramses II diperkirakan sezaman dengan
kehidupan nabi Musa. Setelah pemerintahan Ramses II
kekuasaan di Mesir mengalami kemunduran. Mesir ditaklukkan Assyria pada tahun 670 SM dan pada tahun 525 SM Mesir menjadi bagian
imperium
Persia. Setelah Persia, Mesir dikuasai oleh Iskandar
Zulkarnaen dan para
penggantinya dari Yunani dengan dinasti terakhir Ptolemeus. Salah satu keturunan dinasti Ptolemeus adalah Ratu
Cleopatra dan sejak
tahun 27 SM Mesir menjadi wilayah Romawi.
4.
Filsafat Pada Peradaban Mesir Kuno
Kehidupan sehari-hari
Sebagian besar masyarakat Mesir Kuno
bekerja sebagai petani. Kediaman mereka terbuat dari tanah liat yang didesain untuk menjaga udara tetap dingin di siang
hari.Setiap rumah memiliki dapur dengan atap terbuka. Di dapur itu biasanya
terdapat batu giling untuk menggiling tepung dan oven kecil untuk membuat roti
Tembok dicat warna putih dan beberapa juga ditutupi dengan hiasan berupa linen
yang diberi warna. Lantai ditutupi dengan tikar buluh dilengkapi dengan
furnitur sederhana untuk duduk dan tidur.
Bangsa Mesir Kuno sangat menghargai
penampilan dan kebersihan tubuh. Sebagian besar mandi di Sungai Nil dan
menggunakan sabun yang terbuat dari lemak binatang dan kapur. Laki-laki
bercukur untuk menjaga kebersihan, menggunakan minyak wangi dan salep untuk
mengharumkan dan menyegarkan kulit. Pakaian dibuat dengan linen sederhana yang
diberi warna putih, baik wanita maupun pria di kelas yang lebih elit
menggunakan wig, perhiasan, dan kosmetik. Anak-anak tidak mengenakan pakaian
hingga mereka dianggap dewasa, pada usia sekitar 12 tahun, dan pada usia ini
laki-laki disunat dan dicukur. Ibu bertanggung jawab menjaga anaknya, sementara
sang ayah bertugas mencari nafkah
Musik dan tarian menjadi hiburan yang
paling populer bagi mereka yang mampu membayar untuk melihatnya. Instrumen yang
digunakan antara lain seruling dan harpa, juga instrumen yang mirip terompet
juga digunakan. Pada masa Kerajaan Baru, bangsa Mesir memainkan bel, simbal,
tamborine, dan drum serta mengimpor kecapi dan lira dari Asia Mereka juga
menggunakan sistrum, instrumen musik yang biasa digunakan dalam upacara
keagamaan.
Bangsa Mesir Kuno mengenal berbagai
macam hiburan, permainan dan musik, salah satunya adalah Senet, permainan papan yang bidaknya
digerakkan dalam urutan acak. Selain itu mereka juga mengenal mehen. Juggling dan permainan menggunakan
bola juga sering dimainkan anak-anak, juga permainan gulat sebagaimana
digambarkan dalam makam Beni
Hasan
Orang-orang kaya di Mesir Kuno juga gemar berburu dan berlayar untuk hiburan.
Masakan
Masakan Mesir cenderung tidak
berubah selama berabad-abad; Masakan Mesir modern memiliki banyak persamaan
dengan Masakan Mesir Kuno. Makanan sehari-hari biasanya mengandung roti dan
bir, dengan lauk berupa sayuran seperti bawang merah dan bawang putih, serta
buah-buahan berbentuk biji dan ara. Wine dan daging biasanya hanya disajikan
pada perayaan tertentu, kecuali di kalangan orang kaya yang lebih sering
menyantapnya. Ikan, daging, dan unggas dapat diasinkan atau dikeringkan, serta
direbus atau dibakar.
Arsitektur.
Karya arsitektur bangsa Mesir Kuno
yang paling terkenal antara lain: Piramida Giza dan kuil di Thebes. Proyek pembangunan dikelola dan didanai oleh pemerintah
untuk tujuan religius, sebagai bentuk peringatan, maupun untuk menunjukkan
kekuasaan firaun. Bangsa Mesir Kuno mampu membangun struktur batu dengan
peralatan sederhana namun efektif, dengan tingkat akurasi dan presisi yang
tinggi. Kediaman baik untuk kalangan elit maupun masyarakat biasa dibuat dari
bahan yang mudah hancur seperti batu bata dan kayu, karenanya tidak ada satu
pun yang terisa saat ini. Kaum tani tinggal di rumah sederhana, di sisi lain,
rumah kaum elit memiliki struktur yang rumit. Beberapa istana Kerajaan Baru
yang tersisa, seperti yang terletak di Malkata dan Amarna, menunjukkan tembok dan lantai yang
dipenuhi hiasan dengan gambar pemandangan yang indah. Struktur penting seperti
kuil atau makam dibuat dengan batu agar dapat bertahan lama.
Kuil-kuil tertua yang tersisa,
seperti yang terletak di Giza, terdiri dari ruang tunggal tertutup dengan
lembaran atap yang didukung oleh pilar. Pada Kerajaan Baru, arsitek menambahkan
pilon, halaman terbuka, dan ruangan hypostyle; gaya ini bertahan hingga periode
Yunani-Romawi.Arsitektur makam tertua yang berhasil ditemukan adalah mastaba, struktur persegi panjang dengan atap datar yang terbuat
dari batu dan bata. Struktur ini biasanya dibangun untuk menutupi ruang bawah
tanah untuk menyimpan mayat.
Seni
Bangsa Mesir Kuno memproduksi seni
untuk berbagai tujuan. Selama 3500 tahun, seniman mengikuti bentuk artistik dan
ikonografi yang dikembangkan pada masa Kerajaan Lama. Aliran ini memiliki
prinsip-prinsip ketat yang harus diikuti, mengakibatkan bentuk aliran ini tidak
mudah berubah dan terpengaruh aliran lain.Standar artistik—garis-garis
sederhana, bentuk, dan area warna yang datar dikombinasikan dengan
karakteristik figure yang tidak memiliki kedalaman spasial—menciptakan rasa
keteraturan dan keseimbangan dalam komposisinya. Perpaduan antara teks dan
gambar terjalin dengan indah baik di tembok makam dan kuil, peti mati, maupun
patung
Seniman Mesir Kuno dapat menggunakan
batu dan kayu sebagai bahan dasar untuk memahat. Cat didapatkan dari mineral
seperti bijih besi (merah dan kuning), bijih perunggu (biru dan hijau), jelaga
atau arang (hitam), dan batu kapur (putih). Cat dapat dicampur dengan gum
arab sebagai pengikat dan ditekan (press),
disimpan untuk kemudian diberi air ketika hendak digunakan.Firaun menggunakan relief untuk mencatat kemenangan di
pertempuran, dekrit kerajaan, atau peristiwa religius. Di masa Kerajaan
Pertengahan, model kayu atau tanah liat yang menggambarkan kehidupan
sehari-hari menjadi populer untuk ditambahkan di makam. Sebagai usaha
menduplikasi aktivitas hidup di kehidupan setelah kematian, model ini diberi
bentuk buruh, rumah, perahu, bahkan formasi militer.
Meskipun bentuknya hampir homogen,
pada waktu tertentu gaya karya seni Mesir Kuno terkadang mengikuti perubahan
kultural atau perilaku politik. Setelah invasi Hykos di Periode Pertengahan
Kedua, seni dengan gaya Minoa ditemukan di Avaris.Salah satu contoh perubahan gaya
akibat adanya perubahan politik yang menonjol adalah bentuk artistik yang
dibuat pada masa Amarna: patung-patung disesuaikan dengan gaya pemikiran
religius Akhenaten. Gaya ini, yang dikenal sebagai seni
Amarna, langsung
diganti dan dibuah ke bentuk tradisional setelah kematian Akhenaten.
Militer
Angkatan perang Mesir kuno
bertanggung jawab untuk melindungi Mesir dari serangan asing, dan menjaga
kekuasaan Mesir di Timur Dekat Kuno. Tentara Mesir kuno melindungi ekspedisi penambangan ke
Sinai pada masa Kerajaan Lama, dan terlibat dalam perang saudara selama Periode
Menengah Pertama dan Kedua. Angkatan perang Mesir juga bertanggung jawab untuk
memberikan perlindungan terhadap jalur perdagangan penting, seperti kota Buhen pada jalan menuju Nubia. Benteng-benteng juga didirikan,
seperti benteng di Sile, yang merupakan basis operasi penting untuk melancarkan
ekspedisi ke Levant. Pada masa Kerajaan Baru, firaun menggunakan angkatan
perang Mesir untuk menyerang dan menaklukan Kerajaan Kush dan sebagian Levant
Peralatan militer yang digunakan
pada masa itu adalah panah, tombak, dan perisai berbahan dasar kerangka kayu
dan kulit binatang. Pada masa Kerajaan Baru, angkatan perang mulai menggunakan kereta perang yang awalnya diperkenalkan oleh penyerang dari Hyksos.
Senjata dan baju zirah terus berkembang setelah penggunaan perunggu: perisai
dibuat dari kayu padat dengan gesper perunggu, ujung tombak dibuat dari
perunggu, dan Khopesh (berasal dari tentara Asiatik)
mulai digunakan. Tentara direkrut dari penduduk biasa; namun, selama dan
terutama sesudah masa Kerajaan Baru, tentara bayaran dari Nubia, Kush, dan
Libya dibayar untuk membantu Mesir.
5.
Sistem
Kepercayaan Bangsa Mesir
Masyarakat
Mesir mengenal pemujaan terhadap dewa-dewa. Ada dewa yang bersifat nasional yaitu Ra (Dewa
Matahari), Amon (Dewa
Bulan) kemudian
menjadi Amon
Ra. Sebagai lambang pemujaan kepada Ra
didirikan obelisk yaitu tiang batu yang ujungnya runcing. Obelisk juga dipakai sebagai tempat mencatat kejadian-kejadian.
Untuk pemujaan terhadap dewa Amon Ra dibangunlah Kuil
Karnak yang
sangat indah pada masa Raja Thutmosis III.
Bangsa
Mesir mengenal banyak dewa (politheisme), juga mengenal kepercayaan bahwa roh
orang mati tidak akan meninggal. Dewa-dewa yang dipuja bangsa Mesir antara lain
:
i.
Dewa
Osiris sebagai dewa tertinggi
ii.
Dewa
Ra sebagai dewa matahari
iii.
Dewa
Thot sebagai dewa pengetahuan
iv.
Dewa
Horus anak Dewa Osiris
v.
Dewa
Amon sebagai dewa bulan
Sebagai penguasa kehidupan politik dan keagamaan dipegang
oleh firaun, Firaun(Pharaoh) ini diistimewakan karena dianggap Dewa Horus,
perantara manusia dengan dewa dan pemelihara Sungai Nil.
Selain dewa nasional maka ada dewa-dewa lokal yang dipuja pada daerah-daerah
tertentu seperti Dewa
Osiris yaitu
hakim alam baka, Dewi
Isis yaitu dewi kecantikan isteri
Osiris, Dewa
Aris sebagai dewa kesuburan dan dewa
Anubis yaitu
dewa kematian.
Wujud kepercayaan yang berkembang di Mesir berdasarkan
pemahaman sebagai berikut:
1. Penyembahan terhadap dewa berangkat
dari ide/gagasan bahwa manusia tidak berdaya dalam menaklukkan alam.
2. Yang disembah adalah dewa/dewi yang
menakutkan seperti dewa Anubis atau yang memberi sumber kehidupan.
Jadi
dengan taat menyembah pada dewa masyarakat lembah sungai Nil mengharap jangan
menjadi sasaran maut.
Kepercayaan
yang kedua berkaitan dengan pengawetan jenazah yang disebut mummi. Dasarnya membuat mummi adalah
bahwa manusia tidak dapat menghindari dari kehendak dewa maut. Manusia ingin
tetap hidup abadi. Agar roh tetap hidup maka jasad sebagai lambang roh harus tetap
utuh.
Kepercayaan
terhadap kekuatan gaib dan adanya kehidupan setelah kematian dipegang secara
turun temurun. Kuil-kuil diisi oleh dewa-dewa yang memiliki kekuatan
supernatural dan menjadi tempat untuk meminta perlindungan, namun dewa-dewa
tidak selalu dilihat sebagai sosok yang baik; orang mesir percaya dewa-dewa
perlu diberi sesajen agar tidak mengeluarkan amarah. Struktur ini dapat
berubah, tergantung siapa yang berkuasa ketika itu.
Dewa-dewa
disembah dalam sebuah kuil yang dikelola oleh seorang imam. Di bagian tengah
kuil biasanya terdapat patung dewa. Kuil tidak dijadikan tempat beribadah untuk
publik, dan hanya pada hari-hari tertentu saja patung di kuil itu dikeluarkan
untuk disembah oleh masyarakat. Masyarakat umum beribadah memuja patung pribadi
di rumah masing-masing, dilengkapi jimat yang dipercaya mampu melindungi dari
marabahaya Setelah Kerajaan Baru, peran firaun sebagai perantara spiritual
mulai berkurang seiring dengan munculnya kebiasaan untuk memuja langsung tuhan,
tanpa perantara. Di sisi lain, para imam mengembangkan sistem ramalan (oracle)
untuk mengkomunikasikan langsung keinginan dewa kepada masyarakat.,
Masyarakat
mesir percaya bahwa setiap manusia terdiri dari bagian fisik dan spiritual.
Selain badan, manusia juga memiliki šwt (bayangan), ba
(kepribadian atau jiwa), ka (nyawa), dan nama Jantung
dipercaya sebagai pusat dari pikiran dan emosi. Setelah kematian, aspek
spiritual akan lepas dari tubuh dan dapat bergerak sesuka hati, namun mereka
membutuhkan tubuh fisik mereka (atau dapat digantikan dengan patung) sebagai
tempat untuk pulang. Tujuan utama mereka yang meninggal adalah menyatukan
kembali ka dan ba dan menjadi "arwah yang diberkahi."
Untuk mencapai kondisi itu, mereka yang mati akan diadili, jantung akan
ditimbang dengan "bulu kejujuran." Jika pahalanya cukup, sang arwah
diperbolehkan tetap tinggal di bumi dalam bentuk spiritua
Adat pemakaman
Orang Mesir Kuno mempertahankan
seperangkat adat pemakaman yang diyakini sebagai kebutuhan untuk menjamin
keabadian setelah kematian. Berbagai kegiatan dalam adat ini adalah :
proses mengawetkan tubuh melalui mumifikasi, upacara pemakaman, dan penguburan
mayat bersama barang-barang yang akan digunakan oleh almarhum di akhirat.
Sebelum periode Kerajaan Lama, tubuh mayat dimakamkan di dalam lubang gurun,
cara ini secara alami akan mengawetkan tubuh mayat melalui proses pengeringan.
Kegersangan dan kondisi gurun telah menjadi keuntungan sepanjang sejarah Mesir
Kuno bagi kaum miskin yang tidak mampu mempersiapkan pemakaman sebagaimana
halnya orang kaya. Orang kaya mulai menguburkan orang mati di kuburan batu,
akibatnya mereka memanfaatkan mumifikasi buatan, yaitu dengan mencabut organ
internal, membungkus tubuh menggunakan kain, dan meletakkan mayat ke dalam sarkofagus berupa batu empat persegi panjang atau peti kayu. Pada
permulaan dinasti keempat, beberapa bagian tubuh mulai diawetkan secara
terpisah dalam toples kanopik.
Anubis adalah dewa pada zaman mesir kuno yang dikaitkan
dengan mumifikasi dan ritual pemakaman. Pada gambar ini ia sedang mendatangi
seorang mumi.
Pada periode Kerajaan Baru, orang
Mesir Kuno telah menyempurnakan seni mumifikasi. Teknik terbaik pengawetan mumi
memakan waktu kurang lebih 70 hari lamanya, selama waktu tersebut secara
bertahap dilakukan proses pengeluaran organ internal, pengeluaran otak melalui
hidung, dan pengeringan tubuh menggunakan campuran garam yang disebut natron.
Selanjutnya tubuh dibungkus menggunakan kain, pada setiap lapisan kain tersebut
disisipkan jimat pelindung, mayat kemudian diletakkan pada peti mati yang
disebut antropoid. Mumi periode akhir diletakkan pada laci besar cartonnage
yang telah dicat. Praktik pengawetan mayat asli mulai menurun sejak zaman
Ptolemeus dan Romawi, pada zaman ini masyarakat mesir kuno lebih
menitikberatkan pada tampilan luar mumi.
Orang kaya Mesir dikuburkan dengan
jumlah barang mewah yang lebih banyak. Tradisi penguburan barang mewah dan
barang-barang sebagai bekal almarhum juga berlaku pada semua masyarakat tanpa
memandang status sosial. Pada permulaan Kerajaan Baru, buku
kematian ikut
disertakan di kuburan, bersamaan dengan patung shabti yang dipercaya akan membantu
pekerjaan mereka di akhirat. Setelah pemakaman, kerabat yang masih hidup
diharapkan untuk sesekali membawa makanan ke makam dan mengucapkan doa atas
nama almarhum.
BAB III
KESIMPULAN
Peradaban
Mesir kuno berlangsung di kiri-kanan sungai Nil. Peradaban lembah sungai Nil
lahir disebabkan kesuburan tanah disekitar lembah sungai yang diakibatkan oleh
banjir yang membawa Lumpur. Mengenai asal usul penduduk Mesir telah banyak
teori yang dikemukakan oleh para ahli. Baik itu dari bangsa asia, afrika maupun
percampuran dari kedua bangsa tersebut. Dari teori-teori tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa pendukung peradaban Mesir kuno terdiri dari berbagai suku,
bangsa dan ras.
Mula-mula
kehidupan orang Mesir seperti umumnya manusia pra sejarah. Mereka belum
mempunyai tempat tinggal yang tetap dan hidup dari berburu, manangkap ikan,
mengumpulkan hasil hutan menggunakan alat yang masih sangat sederhana. Cara
hidup sederhana tersebut mulai ditinggalkan dan mulai mengenal bercocok tanam.
Dengan demikian mereka mulai membangun suatu peradaban. Selanjutnya cara hidup
mereka yang sangat sederhana itu lambat laun bertambah maju sesuai dengan hokum
evolusi.
Menjelang
berakhirnya periode pradinasti diperkirakan di Mesir telah berdiri semacam kota
yang oleh orang yunani kuno disebut nome. Di Mesir pada saat itu terdapat 42
kota. Sebanyak 20 kota di Mesir utara dan 22 kota di Mesir selatan. Dalam
perjalanan waktu nome-nome tersebut mengalami persatuan terutama dalam bidang
pemerintahan. Nome yang di utara menjadi kerajaan Mesir utara, sedangkan yang
di selatan menjadi kerajaan Mesir selatan.
Meskipun
peninggalan yang ada hanya sedikit akan tetapi dapat diketahui bahwa akhirnya
kedua kerajaan tersebut bersatu menjadi satu Negara kesatuan. Akan tetapi kapan
peristiwa tersebut terjadi masih menjadi tanda tanya karena setiap ahli
mengemukakan pendapat yang berlainan dan antara satu pendapat dengan pendapat
lainnya berselisih lebih dari 2000 tahun. Dengan bersatunya kerajaan Mesir
utara dengan kerajaan Mesir selatan maka berakhirlah periode pra dinasti.
DAFTAR
PUSTAKA
(Diakses 26 Januari
2014).
http://keziadansejarah04.blogspot.com/.
(Diakses 26 Januari 2014).
Januari 2014).
ABOUT THE AUTHOR
Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible
0 comments:
Post a Comment